Jumat, 16 Oktober 2009

NILAI NORMA SOSIAL

Nilai dan Norma Sosial
leave a comment »
Pengertian Nilai Sosial
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.
Apakah yang dimaksud dengan nilai sosial?
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Macam-macam Nilai Sosial
Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.
Nilai individual – nilai sosial
Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial.
Ciri-ciri nilai sosial:
Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta melalui interaksi sosial,
Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi, dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi (enkulturasi),
Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya,
Nilai sosial bersifat relative,
Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,
Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,
Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,
Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan
Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.
Fungsi nilai sosial.
Nilai Sosial dapat berfungsi:
Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan cita-cita atau harapan,
Sebagai petunjuk arah mengenai cara berfikir dan bertindak, panduan menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penghargaan sosial, pengumpulan orang dalam suatu unit sosial,
Sebagai benteng perlindungan atau menjaga stabilitas budaya.
Kerangka Nilai Sosial
Antara masyarakat yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki nilai yang sama atau pun berbeda. Cobalah ingat pepatah lama dalam Bahasa Indonesia: “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, atau pepatah dalam bahasa Jawa: “desa mawa cara, negara mawa tata”. Pepatah-pepatah ini menunjukkan kepada kita tentang adanya perbedaan nilai di antara masyarakat atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan konsep asbtrak yang hidup di alam pikiran para warga masyarakat atau kelompok. Namun lima kerangka nilai dari Cluckhohn yang di Indonesia banyak dipublikasikan oleh antropolog Koentjaraningrat berikut ini dapat dijadikan acuan untuk mengenali nilai macam apa yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat.
Lima kerangka nilai yang dimaksud adalah:
Tanggapan mengenai hakekat hidup (MH), variasinya: ada individu, kelompok atau masyarakat yang memiliki pandangan bahwa “hidup itu baik” atau “hidup itu buruk”,
Tanggapan mengenai hakikat karya (MK), variasinya: ada orang yang menganggap karya itu sebagai status, tetapi ada juga yang menganggap karya itu sebagai fungsi,
Tanggapan mengenai hakikat waktu(MW), variasinya: ada kelompok yang berorientasi ke masa lalu, sekarang atau masa depan,
Tanggapan mengenai hakikat alam (MA), Variainya: masyarakat Industri memiliki pandangan bahwa manusia itu berada di atas alam, sedangkan masyarakat agraris memiliki pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Dengan pandangannya terhadap alam tersebut, masyarakat industri memiliki pandangan bahwa manusia harus menguasai alam untuk kepentingan hidupnya, sedangkan masyarakat agraris berupaya untuk selalu menyerasikan kehidupannya dengan alam,
Tanggapan mengenai hakikat manusia (MM), variasi: masyarakat tradisional atau feodal memandang orang lain secara vertikal, sehingga dalam masyarakat tradisional terdapat perbedaan harga diri (prestige) yang tajam antara para pemimpin (bangsawan) dengan rakyat jelata. Sedangkan masyarakat industrial memandang manusia yang satu dengan yang lain secara horizontal (sejajar).
Pengertian Norma sosial
Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.
Apa hubungannya antara nilai dengan norma? Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.
Berbagai macam norma dalam masyarakat
Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat:
Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.
Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.
Adat (customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.
Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.
Mode atau fashion.
Di samping lima macam norma yang telah disebutkan itu, dalam masyarakat masih terdapat satu jenis lagi yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan dengan estetika atau keindahan, seperti pakaian, musik, arsitektur rumah, interior mobil, dan sebagainya. Norma jenis ini disebut mode atau fashion. Fashion dapat berada pada tingkat usage, folkways, mores, custom, bahkan law.
Hubungan antara nilai dengan norma sosial
Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Di wilayah perdesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan telivisi swasta mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergesaran nilai, misalnya tentang kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang acapkali memperlihatkan artis-artis yang berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai kalangan semakin permisif terhadap kaum remaja yang pada mulanya berpakaian normal, menjadi ikut latah berpakaian minim dan terkesan makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulu menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin sekarang telah dianggap sebagai simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang sekarang dianggap trendy dan sesuai dengan konteks zaman sekarang (modern) adalah model rambut pendek dengan warna pirang atau kocoklat-coklatan. Jadi berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Kamis, 13 Agustus 2009

Siswa SMP Edarkan Narkoba di Sekolah

KEDIRI | SURYA - Narkoba bukan hanya monopoli remaja dan orang dewasa saja, tetapi juga merambah dunia anak-anak. Sebut saja, AB dan ES, siswa kelas 2 dan 3 sebuah SMP negeri di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri yang ditangkap polisi karena kedapatan mengedarkan narkoba jenis pil koplo (pil dobel L) di sekolahnya.

Dari tangan keduanya polisi menyita sembilan butir pil koplo, yang masih tersisa. Pil yang di Kediri terkenal dengan nama ‘Pil Kirik’ ini ditemukan di saku celana kiri AB. Di dalam saku celana pendek biru ini, butir-butir pil putih terbungkus plastik klip ukuran kecil.

Adalah salah seorang guru yang mendapatkan pil itu di saku celana AB. Saat menginjakkan kaki di sekolahnya sekitar pukul 09.00 WIB, AB sudah dicegat sang guru. Karena datang telat dan tampak mencurigakan, bocah kelas 2 SMP yang baru saja menyelesaikan ujian akhir semester ini diperiksa. Setelah digeledah, sang guru menemukan pil koplo itu.

Karena sudah kerapkali melanggar aturan sekolah hingga di luar batas kewajaran, pihak sekolah akhirnya menyerahkan AB ke polisi. Menurut keterangan yang dihimpun Surya, ternyata pil itu juga berasal dari siswa kelas 3 di sekolah yang sama, yaitu ES.

Ini diakui AB saat bocah ini diperiksa di Mapolres Kediri. Menurut penuturan AB, untuk kesekian kalinya mendapatkan pil koplo. Ini bermula ketika dirinya hendak berangkat ke sekolah. Bukannya ke sekolah, tapi malah ke rumah ES.

“Saya jam delapan ketemu ES di rumahnya. Saya membeli pil koplo sebanyak 27 butir seharga Rp 15.000,” ujar AB sambil menambahkan bahwa rumah ES di Dusun Jatisari, Desa Krenceng, Kepung, Sabtu (13/6).

Dari puluhan butir pil yang sangat digemari kalangan pelajar di Kediri ini, AB langsung mengonsumsi tiga butir. Tiga butir diberikan kembali ke ES. Selama dua jam, AB bersama ES juga menemui RE, juga siswa SMP tersebut. “Saya ke sekolah membawa sembilan butir. Sementara 12 butir sudah dibawa Re,” aku AB singkat.

Bagaimana AB mengenal narkoba? Saat ditanya, bocah kelas 2 SMP ini mengenal dunia narkoba saat masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Pada Januari 2008, AB yang kerap keluar malam bersama gengnya dikenalkan pil yang bisa nge-fly. “Akhirnya saya ketagihan,” katanya.

Hingga Sabtu (13/6) sore, AB dan ES masih ditahan di Polres Kediri. Mereka dalam penanganan PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Polres Kediri. “Kami juga kaget, ternyata peredaran pil koplo juga marak di kalangan pelajar SMP. Kami sedang bongkar jaringan ini. Termasuk segera menangkap Re,” terang Kasat Narkoba AKP Totok Budi Hartono. k2

Berita Terkait

Tawuran Pelajar , 1 Tewas


Tawuran pelajar berujung maut terjadi di kota Tangerang. Furqon (18), pelajar kelas tiga Otomotif I, SMK Otomotif Alhusna, Kota Tangerang, meregang nyawa setelah dikeroyok puluhan siswa SMK Voktek Tangerang.

Informasi yang dihimpun detikcom, kejadian tersebut terjadi di Jl TMP Taruna, Kota Tangerang, sekitar pukul 13.00 WIB, Jumat (7/8/2009).

Saat Furqon yang hendak pulang sedang menunggu angkot di Jalan Daan Mogot, tepatnya samping kantor Pemkot Tangerang lama, tiba-tiba datang puluhan pelajar SMK Voktek. Puluhan pelajar itu lansung menyerang Furqon dengan berbagai senjata tumpul.

Serangan mendadak itu tak bisa dihindari Furqon. Remaja itu pun menjadi bulan-bulanan hingga akhirnya jatuh terkapar di jalanan. Sadisnya, hal itu tak membuat para pelajar Voktek puas. Mereka menginjak-nginjak tubuh Furqon yang sudah tidak berdaya sebelum meninggalkannya.

Warga di sekitar lokasi berusaha menolong korban dengan membawanya ke RSUD Tangerang. Namun sebelum sempat ditangani tim medis, Furqon menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Petugas Polsek Tangerang Kota, yang mendengar kejadin itu lansung melakukan pengejaan terhadap para pelaku. Puluhan siswa SMK Voktek yang belum jauh dari lokasi berhasil diciduk.

"Sampai saat ini kami masih melakukan pemeriksaan terhadap pelaku pengeroyokan itu," kata Wakapolsek Tangerang, AKP Arif.

Rabu, 12 Agustus 2009

Gara-Gara Facebook, Siswa SMA Bunuh Diri

GRESIK – Gara-gara Facebook, seorang pelajar SMA gantung diri. Achmad Idris (16), siswa kelas 1 SMA itu ditemukan dalam posisi gantung diri di salah satu kandang kambing milik keluarganya di Desa Sidojangkung, Menganti, Gresik, sekira pukul 04.30 WIB.

Berdasar laporan polisi, Minggu (19/7/2009), korban diduga kecewa berat karena dibelikan telepon genggam (HP) tidak sesuai dengan harapannya. Ceritanya, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban minta dibelikan HP kepada ibunya, Juliyah. Namun, HP merek Nokia seharga Rp800 ribu itu ditolak karena tidak memiliki fitur jejaring sosial facebook. Dia meminta HP itu dikembalikan, namun ibunya menolak. Penolakan ini berbuntut kenekatan korban melakukan bunuh diri.

“Korban bunuh diri dengan menggunakan seutas tali sepanjang tiga meter di atas kandang kambing. Setelah kami turunkan, korban dibawa ke RSUD Ibnu Sina untuk diautopsi,” imbuh Kapolsek Menganti AKP Saibani saat dikonfirmasi wartawan.

Sekitar pukul 06.00 WIB, Polsek Menganti kembali menerima laporan bunuh diri. Muali (25), warga Desa Desa Kepatihan, Menganti, ditemukan tak bernyawa di pinggir rel KA di Desa Glintung, Menganti.

Mayat korban dalam kondisi luka parah di bagian kepala, kaki dan punggung. Mayat ditemukan pertama kali oleh Oyek (28), warga setempat. Saat itu, Oyek sedang berangkat menuju sawah yang ada di seberang rel KA. Ketika berjalan menyeberangi rel, dia melihat sesosok mayat yang sebagian tubuhnya tidak utuh lagi.

Temuan itu dilaporkan ke polisi dan langsung dilakukan evakuasi. Berdasarkan pemeriksaan, korban diduga tertabrak KA yang melaju dari arah Timur ke arah Barat. “Berdasarkan informasi, korban mengalami gangguan jiwa. Untuk memastikan penyebab kematiannya, kami bawa mayatnya ke RSUD Ibnu Sina untuk dilakukan otopsi,” pungkas Saibani. (Ashadi Iksan /Koran SI/teb)

Facebook Makan Korban, Siswa SMA Gantung Diri

Senin, 20 Juli 2009
Kemarin (19/7), Polsek Menganti dibuat sibuk oleh laporan dua kasus bunuh diri. Pertama, di Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti. Achmad Idris (16) ditemukan gantung diri. Pelajar kelas 1 SMA ini diduga kecewa berat karena tidak dibelikan hape oleh ibunya.

Sebelum gantung diri, Idris meminta hape kepada Juliyah, ibunya. Keinginan tersebut dituruti. Juliyah membelikan hape merek Nokia seharga Rp 800 ribu.

Sayang, hape itu tidak sesuai dengan keinginan Idris, karena tidak ada fitur facebook. Dia meminta hape itu dikembalikan. Namun Juliyah menolak. Penolakan itu berbuntut dengan kenekatan korban melakukan bunuh diri.

“Korban bunuh diri dengan menggunakan seutas tali tampar sepanjang 3 meter di atas kandang kambing. Setelah kami turunkan, korban kami bawa ke RSUD Ibnu Sina untuk dilakukan otopsi,” imbuh Kapolsek Menganti, AKP Saibani.

Selanjutnya, petugas Polsek Menganti menerima laporan bunuh diri dari Desa Kepatihan, Kecamatan Menganti. Muali (25) ditemukan tak bernyawa di pinggir rel KA di Desa Glintung Kecamatan Menganti.

Mayat kondisinya mengenaskan. Kepala, kaki dan punggungnya mengalami luka parah. Oyek (28), warga setempat, yang menemukannya pertama kali. Saat itu Oyek hendak ke sawah dan melintas rel KA. Ketika berjalan menyeberangi rel yang ada di belakang pabrik PT Tjakrindo, dia melihat sesosok mayat yang sebagian tubuhnya tidak utuh lagi.

Temuan itu dilaporkan ke polisi dan langsung dievakuasi. Berdasarkan pemeriksaan, korban diduga tertabrak KA yang melaju dari arah Timur ke arah Barat. “Berdasarkan informasi korban mengalami gangguan kejiwaan. Untuk memastikan penyebab kematian korban, kami membawa mayatnya ke RSUD Ibnu Sina untuk dilakukan otopsi,” kata AKP Saibani. (jpnn/rs)

SEKILAS TENTANG PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1. Pendidikan anak usia dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
3. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun
4. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh [[perguruan tinggi Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA

Materi pendidikan

Materi Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia tidak disajikan nilai hidup, sehingga bangsa Indonesia menjadi kacau balau seperti sekarang ini.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan.
a. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.
b. Pendidikan lanjutan meliputi program paket C(setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi.
Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC)yang menjadi bagian komponen dari Community Center.
c. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.
3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional. Salah satu yang dikembangkan dalam pendidikan tinggi dalam keprofesian adalah yang disebut program diploma, mulai dari D1 sampai dengan D4 dengan berbagai konsentrasi bidang ilmu keahlian. Konsentrasi pendidikan profesi dimana para mahasiswa lebih diarahkan kepada minat menguasai keahlian tertentu. Dalam bidang keahlian dan keprofesian khususnya Desain Komunikasi Visual terdapat jurusan seperti Desain Grafis untuk D4 dan Desain Multimedia untuk D3 dan Desain Periklanan (D3). Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan keprofesian akan berbeda dengan jalur ke-sarjanaan (S1) pada setiap bidang studi tersebut.
5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

Filosofi pendidikan

1. Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
2. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
3. Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
4. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Kualitas pendidikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan -- khususnya di Indonesia -- yaitu:

1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.

Sumber : id.wikipedia.org